Cinta sebagaimana ajal mengubah segalanya.
Kahlil Gibran
Siapa yang tidak pernah jatuh cinta? Siapa yang belum pernah merasakan manis dan getirnya cinta?. Sungguh orang yang merugi. Ma’af jika anda mungkin termasuk di dalamnya. Mudah-mudahan tidak.
Sebab sampai saat ini saya tidak – atau mungkin belum – menemukan orang yang belum pernah merasakan cinta. Orang yang belum pernah jatuh cinta. Ya, mungkin saja ada orang yang tidak mengakuinya. Pasti ada, bukan cuma mungkin. Tapi yakinlah jauh di dalam hatinya pernah merasakan cinta. Mungkin ia tipe orang yang tidak mau berbagi cerita dengan orang lain tentang kisah-kisahnya. Tidak masalah jika ia bersikap demikian. Yang penting intinya: ia pernah merasakan cinta.
Apa yang kita rasakan ketika jatuh cinta? Dan apa pula yang kita rasakan ketika kehilangan cinta?. Perasaan yang mungkin saja berbeda dari setiap orang yang mengalaminya.
Ketika jatuh cinta, kita tentu akan merasakan bahagia. Mungkin setiap berjalan enteng sekali rasanya langkah kaki. Ketika lewat di depan warung tempat kita punya hutang kita masih tetap senyum. Karena kita sedang dimabuk oleh cinta. Cinta yang membuat bahagia.
Sebaliknya, sangat bertolak belakang, ketika cinta itu hilang dari kehidupan kita. Ketika cinta itu pergi meninggalkan kita. Dunia terasa hampa. Sulit sekali untuk tersenyum. Berbagai masalah – termasuk hutang di warung – mungkin jadi tambah menusuk-nusuk kepala.
Begitulah adanya cinta. Cinta yang mengubah segalanya. Dan itu yang akan saya bicarakan di sini. Ketika cinta mengubah segalanya.
Saya punya seorang teman. Dia sekarang bekerja sebagai Satpam di sebuah sekolah negeri di kota Jambi. Dia dulunya adalah seorang pemabuk. Bangun pagi ketika orang lain makan lontong untuk sarapan, misalnya, ia sarapan dengan sebotol minuman keras golongan A. Ampun, terbuat dari apa lambungnya?. Tapi beberapa tahun kemudian ketika ia menikah dan dikaruniai seorang anak, segalanya berubah. Ia meninggalkan kebiasaan minum-minumnya. Emosinya tidak seperti dulu yang mudah terbakar jika ada sedikit masalah. Ia menjadi lebih tenang jika dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu. Apa yang membuatnya berubah seperti itu? Cinta. Cinta yang mengubah kehidupannya. Cintanya kepada istri dan anaknya yang membuatnya meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruknya. Cinta yang mengubah segalanya.
Teman yang satu lagi juga memiliki kisah tentang cinta yang mengubah kehidupannya. Teman saya ini adalah seorang karyawan perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa kontraktor alat berat. Ia seorang yang rajin beribadah. Dimanapun berada, termasuk ketika bertamu ke rumah teman, selalu ia menyempatkan menunaikan shalat lima waktu. Dan ia menjadi makin ta’at menjalankan ibadah ketika ia jatuh cinta kepada seorang mahasiswi IAIN. Cinta yang mulia. Cinta yang dilandasi oleh nilai-nilai ke-Islaman. Cinta yang sangat indah. (Sampai sini mari kita berhenti sejenak dan berdo’a; semoga Tuhan memberikan cinta yang indah kepada kita semua. Amien). Tapi apa yang terjadi kemudian? Si mahasiswi kekasihnya itu diharuskan menikah karena telah dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang santri lulusan pesantren di Jawa Timur. Maka segalanya berubah drastis. Sangat drastis. Ia menjadi akrab dengan minuman keras. Tiap malam minggu selalu didampingi oleh minuman yang memabukkan itu. (Saya tidak mau bercerita panjang tentang ia lagi. Karena saya malu. Sebab saya juga beberapa kali ikut minum kalau ia ajak. Hehe….)
Dua kisah di atas adalah contoh bahwa cinta dapat mengubah segalanya. Bahwa kekuatan cinta itu sangat dahsyat. Seorang bahkan bisa melakukan hal-hal yang tidak biasa ia lakukan. Lalu dari dua kisah di atas, mana yang merupakan kisah cinta yang paling indah? Kalau saya memilih kisah yang pertama. Perubahan menjadi lebih baik tentu sebuah hal yang sangat indah.
Kisah yang pertama sangat jarang sekali orang yang mengalaminya. Tetapi kisah yang kedua banyak sekali yang mengalami hal yang seperti itu. Perubahan yang drastis. Hancur. Dari positif ke negatif. Seharusnya menjadi kisah yang tidak perlu dicontoh.
Setiap orang tentu pernah mengalami kehilangan. Tapi apa yang bisa ia lakukan. Apakah dengan marah-marah, frustasi, ngambek, hal yang telah hilang itu dapat kembali? Tentu tidak.
Sebagai contoh, seorang yang kehilangan uang Rp. 10.000 rupiah karena terjatuh sewaktu ia berbelanja di pasar. Apakah ia harus marah-marah ke setiap orang, frustasi, ngambek? Kenapa tidak ia relakan saja? Toh mencari uang itu di kerumunan pasar adalah hal yang mustahil. Mungkin sudah di ambil oleh tukang gerobak, ibu-ibu yang berbelanja, anak kecil penjual koran atau yang lain. Hal yang paling tepat dilakukan adalah berbikir positif. Toh, dikantong masih ada sisa uang untuk ongkos pulang. Toh, di rumah masih ada simpanan uang. Besok kalau bekerja akan dapat uang lagi. Dan masih banyak hal positif lainnya yang bisa dipikirkan.
Saya sendiri pernah mengalaminya. Laptop saya hilang digondol maling ketika rumah saya kosong. Ibu dan Bapak tidak ada di rumah. Saya sendiri sedang pergi untuk membayar PLNdi loket pembayaran yang jaraknya sekitar tujuh kilometer dari rumah saya. Memang sedih, marah dan perasaan-perasaan sebangsa lainnya ada pada saya waktu itu. Tapi untuk apa? Apa dengan begitu Laptop saya bisa kembali? Malingnya pasti sudah pergi jauh sekali. Maka pelan-pelan saya melupakan Laptop kesayangan saya itu. Saya terus bekerja dan mencari uang. Sehingga saya bisa membeli komputer lagi. Kali ini desktop, yang besar. Sehingga kemungkinan dicuri meskipun ada tapi lebih kecil dari Laptop. Mudah-mudahan tidak terjadi lagi.
Baru saja saya bercerita tentang kehilangan barang. Bagaimana dengan cinta?. Jawabnya sama saja. Cintapun demikian. Akan sangat sedih sekali ketika kehilangan cinta. Tapi untuk apa berlarut-larut. Untuk apa terkubur dalam kepedihan sepanjang waktu (ini syair Ada Band ya?..Haruskah Ku Mati. Band favorit saya.). Tetaplah hidup. Jalan masih sangat panjang. Masih banyak yang bisa dilakukan. Dan yang terpenting. Masih banyak yang bisa dicintai lagi. Begitu saja. Ambil gampangnya saja. Memang membutuhkan waktu yang lama. Tapi yakinlah pasti bisa.
Lalu apa inti tulisan ini?
Intinya adalah : jangan pernah takut kehilangan cinta.
Ok. Itu saja dari saya. Mudah-mudahan bisa diambil manfaatnya.
Terimakasih.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna.
Related Articles
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 comments:
Post a Comment