Suatu saat saya sedang duduk-duduk merokok di depan sebuah warung, sehabis membeli sebungkus rokok mild di warung itu. Teman saya – seorang pekerja keras di bidang konstruksi baja – singgah juga di warung itu dan membeli satu bungkus rokok kretek kesukaannya.
Kemudian kami ngobrol tentang banyak hal, tentang hidup, pekerjaan, hingga akhirnya sampai juga obrolan kami mengenai cinta. Ia – sang pekerja keras industri baja itu – yang sehari-harinya bergelut dengan baja-baja yang kokoh, ternyata memiliki hati yang melankolis (kalau tidak mau dibilang cengeng).
Saat ini ia menjalani dua cinta sekaligus. Pacar pertamanya adalah seorang siswi SMA kelas dua (kebetulan saya mengajar komputer di SMA tersebut), dan pacar satunya lagi seorang karyawati bagian administrasi pada sebuah perusahaan swasta (kebetulan lagi sekretaris perusahaan tersebut pernah belajar privat komputer kepada saya. Saya heran, kok banyak kebetulannya ya?). Dan teman saya ini bingung menjalani kedua cintanya itu.
Dan seperti biasa ketika teman-teman saya berkeluh kesah tentang permasalahan mereka, maka saya adalah ‘tong sampah’ yang setia. Yang mendengarkan saja dari awal hingga akhir (atau mungkin belum sampai akhir tetapi sang pencerita sudah lelah berkata-kata). Maka hari itupun saya menjadi pendengar setia Meski di Sabtu malam yang seharusnya saya bisa santai setelah enam hari bekerja, bukan menjadi pendengar keluh kesah sehingga saya terseret ikut merasakan kegundahan hatinya.
Hal yang seperti dialami oleh teman saya di atas mungkin saja dialami oleh Anda. Ya, kita semua. Sebab sudah kodrat manusia yang selalu merasa kurang. Menurut saya itu hal yang wajar. Bahkan ada di antara para ulama suci (saya tidak berkata semua ya.., hanya ‘oknum’ kalau boleh meminjam istilah berita kriminal di televisi) yang mengatasnamakan sunah Rasul demi legalitas beristri banyak. Sampai di sini ada baiknya mari kita semua sejenak berdo’a : “Ya Tuhan dan Rasul kami, ma’afkanlah kekhilafan mereka dan kami”. Ok, lupakan tentang para ‘oknum’ itu. Saya tidak mau mempedulikan hal ini. Hak mereka dong beristri banyak. Toh para istrinya juga tidak keberatan.
Mari kita kembali ke topik kita.
Masalah tidak akan timbul tentu saja jika di antara mereka – para ‘cinta kita’ itu – tidak keberatan kita menjalani beberapa cinta sekaligus. Tetapi akan menjadi masalah jika – seperti kasus teman saya di atas – salah satu atau bahkan keduanya tidak menyetujui jika dirinya diduakan.
Jadi, begitulah masalahnya. Sekarang tidak perlu berpanjang tentang permasalahannya. Yang terpenting adalah solusinya.
Tidak mudah kawan. Bahkan jika memang ingin mengikuti sunah Rasul, apa iya kita bisa berlaku adil?
Sangat tidak adil membanding-bandingkan dua individu yang tentu saja berbeda. Tidak ada Tuhan menciptakan manusia dengan bentuk dan sifat yang 100% sama. Sebab perbedaan itulah yang membuat dunia kita ini kaya warna.
Sangat sulit sekali menentukan pilihan yang tepat dari beberapa pilihan atau bahkan dari dua pilihan sekalipun. Apalagi dalam masalah cinta, akan lebih sulit tentunya jika dibandingkan dengan menentukan pilihan dalam Pemilihan Kepala Daerah, misalnya.
Kita memang sering kali dihadapkan dengan pilihan-pilihan yang rumit. Tetapi bukankah akhirnya kita berhasil menemukan satu yang terbaik dari beberapa pilihan yang ada. Ya, satu yang terbaik.
Tentunya akan lebih mudah menentukan pilihan jika masing-masing pilihan yang dihadapkan ke kita itu memiliki perbedaan-perbedaan yang sangat tajam.
Sebagai contoh, jika anda diminta memilih antara sebungkus Nasi dari Rumah Makan Pusako dengan lauk Dendeng Batokok atau sebungkus Nasi Perang dengan lauk telor seperempat dari warung nasi di tengah terminal antar kota. Dua-duanya diberikan secara gratis. Anda tinggal memilih saja mana yang akan anda jadikan santapan makan siang. Pilihan yang sangat mudah bukan? Kalau saya tentu akan memilih Nasi dari Rumah Makan Pusako dengan lauk Dendeng Batokok dan nasi dari beras Payo Kincai yang terkenal itu.
Lain halnya jika anda diminta memilih antara sebungkus Nasi dengan lauk Dendeng Batokok dari Rumah Makan Pusako Tigo atau sebungkus Nasi dengan lauk Dendeng Batokok dari Rumah Makan Pusako X. Mana yang akan anda pilih? Kalau saya bingung mau pilih yang mana.
Ada banyak faktor yang dapat dijadikan pedoman dalam menentukan pilihan. Anda perlu membandingkan beberapa hal dari masing-masing pilihan itu. Berikut adalah beberapa hal yang bisa dijadikan perbandingan:
1. Bentuk
2. Rasa
3. Sifat
Bagaimana dengan pilihan dalam hal cinta?
Kalau kita ambil ketiga hal di atas sebagai pedoman perbandingan dalam urusan cinta, maka uraiannya adalah sebagai berikut:
1. Bentuk.
Kecantikan fisik seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Tetapi faktor yang paling utama adalah ciptaan Tuhan. Allah adalah Maha Sempurna, yang menciptakan makhluknya – termasuk manusia – dengan bentuk fisik yang sempurna. Jadi semua ciptaan Tuhan mempunyai bentuk yang sempurna.
Tetapi kalau anda ingin membandingkan keindahan fisik seseorang, anda mungkin perlu membayangkan diri anda sebagai juri dalam sebuah kontes. Anda bisa membayangkan diri anda sebagai juri pada Pemilihan Miss Universe atau pada Pemilihan Cover Boy. Pada kontes-kontes semacam ini tentu pesertanya adalah yang mempunyai bentuk fisik yang sangat bagus. Kalau perempuan tentu cantik-cantik, kalau laki-laki tentu ganteng-ganteng. Tetapi dari semua kontestan itu juri harus menentukan mana yang terbaik di antara yang baik. Meskipun sangat sulit dan membutuhkan waktu yang lama, tapi tentu bisa saja dilakukan.
Sebagai ‘latihan’ untuk anda. Saya beri pertanyaan kepada anda: Cantik mana, Dian Sastro atau Luna Maya? Silahkan lakukan pemilihan. Dan jika sudah ketemu jawabannya, kirim email ke saya di sr@pinangmasak.com.
Di atas adalah perbandingan jika hanya memperhatikan bentuk fisik saja. Tetapi yang perlu anda ingat adalah: “Kecantikan itu setipis kulit”, begitu kata ahli filosofi. Coba anda bayangkan jika pasangan anda dikuliti sampai tinggal tulang belulang. Masih cantik atau gantengkah ia? Mohon ma’af kalau saya meminta anda membayangkan hal yang sangat ekstrim dan mengerikan.
Kecantikan atau kegantengan yang sesungguhnya ada di dalam diri. Ada di balik kulit. Bukan dibalik kulit dalam arti sebenarnya tentunya, tetapi ‘inner beauty’. Lihatlah jauh ke ‘dalam’ diri pasangan anda.
2. Rasa
Cinta adalah masalah perasaan. Perasaan saling menyukai, saling memiliki, saling membutuhkan. Dan setiap rasa memiliki intensitas yang berbeda. Memiliki ‘besar’ yang berbeda. Mana yang lebih besar, cinta anda kepada pasangan anda yang satu atau cinta anda kepada pasangan anda yang lainnya? Mana yang lebih besar, cinta pasangan anda yang satu kepada anda atau cinta pasangan anda yang lainnya kepada anda?
Bandingkan juga bentuk perhatian dan kepedulian dari pasangan anda terhadap anda dan dari anda terhadap pasangan anda.
Mungkin timbul persoalan, tolok ukur apa yang dapat digunakan untuk mengukur besar cinta. Tetapi yakinlah, jika anda sudah membandingkan bentuk perhatian dan kepedulian pasangan anda, anda akan menemukan jawabannya.
Sekali lagi, dari yang baik tentu ada yang paling baik.
3. Sifat
Manusia diciptakan Tuhan dengan sifat yang berbeda-beda. Ada yang pendiam, pemalu, periang, humoris, cengeng, manja, dewasa dan lain-lain.
Berbicara masalah kedewasaan, kedewasaan seseorang tidak ditentukan oleh usianya. Jadi seorang yang usianya ‘tua’ belum tentu ia dewasa. Demikian juga sebaliknya, seorang yang usianya ‘muda’ belum tentu tidak dewasa.
Sifat-sifat apa saja yang anda sukai dan tidak anda sukai dari pasangan anda. Buat daftar dan bandingkan skornya.
Demikian artikel saya. Mudah-mudahan anda dapat mengambil manfaatnya.
Anda sendiri yang harus menentukan pilihan dalam hidup anda. Orang lain – termasuk saya – hanya bisa memberikan masukan-masukan. Tetapi pilihan terakhir di tangan anda.
Selamat memilih.
Jambi, dalam sebuah perjalanan pulang dari Kerinci.
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit, sed diam nonummy nibh euismod tincidunt ut laoreet dolore magna.
Related Articles
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 comments:
Post a Comment